Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

Home Layout Display

Posts Title Display

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page
Jasa titip beli menerima titipan belanja di luar
maupun dalam negeri. (Pexels/freestocks.org)
Tidak butuh uang segepok. Cukup bermodal sebuah smartphone atau website, mereka  menjalankan bisnisnya. Pekerjaannya ke luar masuk toko atau merchant besar dan terkenal, mencari barang sesuai keinginan para pelanggan yang percaya jasa mereka.
Begitulah rutinitas para personal shopper alias pelaku jasa titip beli, bisnis yang saat ini kian menjamur. Pelanggan mereka kini tak lagi hanya minta dicarikan barang tertentu dengan harga selangit. Jasa titip beli sekarang juga melayani pembelian barang ceceh remeh temeh yang dahulu tak terpikirkan. Bisa dari toko lokal atau pun toko-toko di luar negeri.
Kecanggihan teknologi memudahkan segalanya. Lewat akun sosial media atau website belanja, calon pembeli tak perlu lagi capai-capai mendapatkan barang yang diinginkan hingga harus terbang ke luar negeri. Tak perlu ke luar biaya transportasi yang mahal, dan tak perlu merasakan beratnya mengangkut barang belanjaan.
Hanya lewat jasa titip beli atau jastip, semua produk atau apapun barang yang diinginkan  dengan mudah bisa ada dalam genggaman. Tinggal browsing sambil duduk manis, saat menemukan barang yang diinginkan tinggal titip lalu transfer. Dan Anda pun lagi-lagi hanya tinggal menunggu, hingga produk yang Anda titipkan tiba di rumah.
Bagaimana jastip ini bermula? Menurut Amalia E Maulana, Brand Consultant yang memperkenalkan pendekatan riset kontemporer Ethnography Marketing di Indonesia, jasa titip atau jastip ini sebenarnya dimulai dari titip teman yang pergi ke luar negeri. Dari situlah, bisnis titip barang ini jadi semakin populer.
Jastip ini menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pembeli bisa mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus ke luar rumah. Sementara bagi yang menjalani bisnis jastip, jastip ini menjadi salah satu peluang usaha, untuk satu barang biasanya ada biaya yang dikutip, kisarannya berbeda, antara 10 sampai 20 persen dari harga barang.
Walaupun biaya jastip 10 persen terkadang tidak bisa menutupi biaya lelah untuk mencari barang dan packaging tetapi kalau jumlah pembeli banyak, hasilnya lumayan.
Bagaimana bisnis ini terus berkembang, Amalia menuturkan, karena riding on the waves, pada saat gelombang e commerce. Saat itu orang lagi seru-serunya belanja online. "Belanja online itu sebenarnya dia tidak tahu persis orangnya, kalau coba memang ada orang yang berani titip belanja sama orang yang tidak terlalu kenal? Kalau mau titip pasti sama yang sudah dikenal," ujarnya
Sekarang dengan online semua jadi terbuka. Kemudian orang yang sudah terbiasa ambil risiko titip barang luar negeri dari teman, melihat ini sama saja dengan mengambil risiko. "Tapi mereka melihat ada kelebihan yaitu barangnya lebih pasti. Karena dibeli di tempat yang asli," kata Amalia.
Yang dikejar para konsumen, ujar Amalia, sebenarnya barang-barang yang branded, barang yang pasti, sesuatu yang mereknya asli. Dan kini bisnis jastip ini menjadi makin marak karena ada pengaruh sosial media.
"Sekarang itu eranya ‘crowd’, kalau dulu apa-apa individualis. Termasuk yang belanja, saya transaksi pergi ke toko urusan dengan penjual, transaksinya one on one," ujar dia.
Sekarang ini, Amalia menambahkan, zamannya mengumpulkan crowd atau zamannya komunitas. Bagaimana pun komunitas itu sumber bisnis luar biasa kalau kita bisa mencari tahu apa yang dibutuhkan mereka. Sehingga tidak perlu merasa aneh jika sekarang banyak sekali komunitas yang menjadi tempat berbisnis.
"Bisnis titip ini sekarang melihat kalau mereka bisa makelarin,  dan mereka bisa menjamin yang menitip bisa dapat barangnya, dan yang dititipkan pasti uangnya kembali, berarti dia bisa merekrut orang ketiga yang terpercaya," tuturnya.
Karena itu, tidak heran jika bisnis jastip ini tidak dijalani oleh institusi, melainkan individu. "Berarti di sini sudah masuk yang namanya personal branding. Kalau dia berhasil membina personal branding dengan baik, berarti dia bisa mendapatkan customer yang banyak," ujarnya. (Oleh : Lutfi Dwi Puji Astuti, Linda Hasibuan , Bimo Aria , Adinda Permatasari viva.co.id)