Medan
– Wartaonenews.com. // Dalam beberapa hari ini media di hebohkan dengan rekaman percakapan
Gubernur Sumatera Utara Bapak Edy Rahmayadi dengan GP Anshor Kota Medan
sewaktu melakukan audiensi ke Kantor Gubernur.
Rekaman percakapan tersebut beredar di dunia maya di akun Yutube Ridwan Asnawi dengan durasi sekitar 22 menit.
Jumat
(3 Januari 2020) Ketua Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Setwil
Sumut Bung Muhammad Arifin mengatakan bahwa “Menurut pandangan saya,
setelah saya amati rekaman percakapan tersebut tidak ada unsur hinaan
kepada GP Anshor. Seperti yang diberitakan dibeberapa media. Dimana
Pengurus Gp. Anshor merasa terhina dengan dengan ucapan Gubsu yang
mengatakan GP Anshor seperti Pelacur. Dan saya tanggapi ini karena
youtube tersebut sudah jadi konsumsi publik.
Saya
ingin bercerita pengalaman hidup saya yang paling berharga. Biar tidak
dianggap Hoaks cerita ini, saya ceritakan dulu bahwa saya pernah
bersekolah di SMP N 15 Medan (sekarang SMP N 17) alumni tahun 1990, dan
berada di kelas 3/2 (sekitar 30 tahun yang lalu)
Pernah
suatu waktu suasana lokal kelas saya begitu ribut dikarenakan pada saat
itu guru tidak ada di lokal kelas. Tiba-tiba datang seorang guru yang
sangat kami hormati Almarhum Bapak Abu Bakar Lubis (Guru Matematika)
menegur kami dengan tegas dan mengatakan “Ribut kali kalian seperti
bodat” (Bodat/ Bahasa Daerah Tapanuli = Monyet). Sepontan kami satu
ruangan terdiam dengan teguran itu. Setelah sang guru pergi kami
berasumsi bahwa guru itu telah menghina kami dengan mengatakan seperti
Bodat (Monyet).
Selanjutnya kelang beberapa hari
perbuatan itu kami lakukan lagi, lalu Sang Guru itu melakukannnya juga
dengan mengatakan bahwa kami ribut seperti Bodat (Monyet). Lalu salah
seorang teman saya mengatakan kepada Pak Guru tersebut “Pak janganlah
kami dikatakan seperti Bodat, merasa terhina kami!” Lalu sang Guru
menanyakan ulang kepada kami “Apakah keributan yang kalian buat ini
harus saya katakan bahwa kalian seperti manusia?”
Pertanyaan
sang guru tersebut membuat kami berfikir dan terdiam sejenak. Kalau
kami dengan perbuatan kami tersebut dikatakan seperti Monyet, berarti
kami manusia. Tetapi jika kami dikatakan seperti manusia berarti kami
tidak manusia. Lalu kami satu lokal meminta maaf kepada Guru tersebut.
Dan kami memahami bahwa kami ini manusia dan beliau menegur kami, jika
kalian manusia yang punya akal budi fikiran dan dimuliakan Allah, maka
bertingkah lakulah layaknya Manusia.
Perkataan yang
kami anggap merupakan Hinaan ternyata suatu nasehat yang sangat dalam.
Dan kami memahami bahwa guru itu sangat sayang kepada kami. Agar kami
kedepannya mempunyai etika yang baik.
Sedangkan
Gubernur yang dianggap menghina Wapres, saya juga tidak mendengar dalam
rekaman tersebut bahwa Gubernur menghina Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Selanjutnya
saya mendengar rekaman tersebut bahwa Gubsu mengatakan GP Anshor lahir
untuk ulama yang ikut memerdekakan Indonesia. “ Katakanlah yang benar
itu benar yang salah itu salah” Gp Anshor harus seperti itu, baru
namanya GP Anshor.
Dan pada saat itu yang ada
dalam ruangan percakapan yang terekam dalam rekaman setuju akan hal itu
dan salah seorang GP Anshor mengatakan bahwa kedepannya GP Anshor akan
bersinergi dengan pemerintah dan menjembatani nahi mungkar. Berarti
poersoalan pembicaraan awal sudah selesai.
Dan dalam rekaman itu juga Gubernur mengatakan bahwa apa yang telah dia ucapkan untuk menjadi intropeksi diri saja.
Kesimpulannya:
1. Saya
sangat bangga dengan teman saya, walau kami pada saat itu masih SMP dan
berusia sekitar 14-15 tahun bisa membuat yang dianggap suatu Hinaan
menjadi Suatu Nasehat yang sangat dalam dan penuh kasih sayang yang
diterima dari sang guru. Untung saja kami menanyakan langsung saat itu
dan tidak menyebarkannya ke orang lain dengan mengatakan guru kami sudah
menghina muridnya.
2. Saya tidak mendengar dalam rekaman bahwa Gubsu dengan satu katapun menghina Wakil Presiden Bapak KH Ma’ruf Amin.
3. Sudah menegaskan GP Anshor itu untuk mengatakan yang salah itu salah yang benat katakana benar.
4. Persoalan sudah selesai dan GP Anshor akan melakukan yang lebih baik lagi kedepannya.
5. Dan
Gubernur berbicara sebagai seorang muslim sejati dikarenakan GP Anshor
merupakan salah satu organisasi islam dan penuh rasa kekeluargaan.
Yang
jadi pertanyaan saya, kenapa ada rekaman percakapan keluar dan seperti
sengaja agar di konsumsi publik lalu berasumsi bahwa Gubsu menghina GP.
Anshor. Apa ini tidak melanggar UU ITE? Menyebarkan lalu mengambil
asumsi sendiri? Sebab salah satu acara televise nasional ANTV dalam
acara garis tangan yang di pandu oleh uya kuya tetap ada tulisannya
“bahwa tayangan ini telah mendapat persetujuan dari pihak yang
bersangkutan”
Jadi andai saja bahasa Gubsu yang
dianggap menghina dipertanyakan langsung pada saat itu, mungkin hal ini
takkan terjadi. (sumber: FPII Setwil Sumut/SK)